Bagian 1: Legenda Hantu Jeruk Purut
Di sebuah desa kecil di pinggiran Jakarta, terdapat sebuah tempat yang dikenal sebagai Jeruk Purut. Tempat ini terkenal karena keindahan alamnya dan tanaman jeruk purut yang tumbuh subur di sana. Namun, di balik keindahan itu tersembunyi sebuah legenda yang menakutkan, menceritakan tentang hantu seorang wanita yang menghilang secara misterius.
Kisah ini dimulai di tahun 1970-an ketika seorang gadis cantik bernama Sri tinggal di desa itu. Sri terkenal karena kecantikannya dan sifat baik hatinya. Ia sering membantu orang-orang di desanya, tetapi ada satu hal yang selalu membuatnya sedih: ia tidak memiliki seorang sahabat sejati. Suatu malam, saat sedang berjalan sendirian di kebun jeruk purut, Sri tiba-tiba diserang oleh sekelompok perampok. Dalam kepanikan, ia melarikan diri dan terjatuh ke dalam jurang.
Warga desa mencarinya, tetapi Sri tidak pernah ditemukan. Sejak saat itu, kabar tentang sosok hantu wanita berpakaian putih yang sering muncul di kebun pepaya dan jeruk purut mulai menyebar. Konon, setiap kali seorang penduduk desa mendengar suara tangisan, hantu Sri sedang mencari temannya yang hilang. Mulai saat itulah, banyak yang menghindari daerah tersebut saat malam hari.
Bagian 2: Kedatangan Joko dan Teman-Temannya
Bertahun-tahun kemudian, kisah hantu Jeruk Purut menjelma menjadi mitos yang dikenal luas. Joko, seorang mahasiswa dari Jakarta yang baru saja pindah ke desa itu karena tugas kuliah, merasa tertarik untuk menemukan kebenaran di balik legenda tersebut. Bersama dua sahabatnya, Siti dan Budi, Joko merencanakan untuk menjelajahi kebun jeruk purut pada malam hari.
“Joko, kau yakin tentang ini? Banyak orang bilang tempat itu angker,” Siti bertanya, sedikit ragu.
“Ah, itu hanya legenda! Kita hanya perlu mengambil foto dan menulis tentang pengalaman kita untuk tugas kuliah. Tidak ada salahnya, kan?” jawab Joko penuh semangat.
Budi yang menyukai petualangan, hanya mengangguk. Mereka bertiga sepakat, malam itu mereka akan mengunjungi kebun jeruk purut. Dengan senter di tangan dan perasaan campur aduk, ketiganya berangkat menuju kebun.
Bagian 3: Pertemuan Pertama
Saat malam mulai menyelimuti desa, mereka tiba di kebun jeruk purut. Suasana sunyi dan sekelilingnya dipenuhi dengan suara jangkrik. Joko, Siti, dan Budi mulai berjalan perlahan di antara pepohonan jeruk purut yang rimbun. Aroma jeruk menyegarkan, tetapi ketegangan mulai mengisi udara di sekitar mereka.
Setelah setengah jam menjelajahi kebun, tiba-tiba mereka mendengar suara tangisan. Joko dan yang lainnya saling memandang dengan rasa penasaran dan sedikit ketakutan.
“Itu pasti suara hantu!” bisik Siti.
“Mungkin kita harus mencari tahu,” Joko mendorong rasa penasaran mereka. Mereka mengikuti suara tangisan itu, semakin mendalam ke dalam kebun, sampai akhirnya mereka menemukan sebuah tempat terbuka yang dikelilingi oleh pepohonan.
Di tengah tempat itu, mereka melihat sosok wanita berpakaian putih, dengan rambut panjang terurai, menutupi wajahnya. Jantung mereka berdebar kencang. Apakah ini benar-benar hantu Sri?
“Sri… Sri…” suara itu terdengar semakin jelas, seolah hantu tersebut memanggil seseorang. Ketiganya merasa terpesona dan takut sekaligus.
Bagian 4: Keberanian Joko
Joko, yang paling berani di antara mereka bertiga, beranikan diri untuk mendekati sosok itu. “Hai, siapa kamu?” tanyanya dengan suara bergetar.
Hantu tersebut menoleh perlahan, dan Siti serta Budi menjerit ketakutan. Wajah hantu itu terlihat samar di bawah cahaya senter, tetapi ada kesedihan yang mendalam di matanya. “Aku seorang gadis yang hilang,” jawab hantu itu pelan. “Aku mencari sahabatku, tetapi tidak ada yang bisa membantuku.”
Mendengar kata-kata itu, Joko teringat akan kisah yang dia dengar sebelumnya. Hantu ini adalah Sri! Joko merasa tergerak untuk membantu. “Apa yang bisa kami lakukan untuk membantumu?” tanyanya.
“Temukan kembali teman-temanku yang hilang, dan aku bisa tenang,” jawab hantu Sri. “Hanya dengan cara itu, aku bisa pergi dari tempat ini.”
Bagian 5: Misi untuk Mencari Teman
Setelah berbincang-bincang, Joko dan teman-temannya menyadari bahwa mereka harus mencari tahu siapa teman yang hilang dan membantu Sri menemukan kedamaian. Keesokan harinya, mereka memutuskan untuk menggali informasi dari penduduk desa.
Mereka bertanya kepada orang-orang yang pernah mendengar tentang Sri dan teman-temannya. Dari seorang nenek tua yang bermukim di desa, mereka mendapatkan petunjuk. Nenek itu mengatakan bahwa Sri memiliki dua sahabat dekat, yaitu Rina dan Dita, yang juga hilang pada malam yang sama.
“Dengarkan, anak-anak. Hati-hati saat menyelidiki hal ini. Terkadang, arwah tidak mau diganggu,” kata nenek tua itu dengan suara pelan.
Namun Joko, Siti, dan Budi merasa bertekad untuk menyelamatkan Sri. Mereka kembali ke kebun jeruk purut pada malam kedua. Dengan senter dan sejumlah alat untuk menggali penggalian, mereka berharap bisa menemukan sesuatu.
Bagian 6: Menggali Kebenaran
Malam itu, saat mereka menggali di bawah sinar bulan, ketiganya merasakan ketegangan yang lebih berat dibandingkan malam sebelumnya. Joko memimpin dan memiliki keyakinan untuk menemukan apa yang mereka cari.
Tiba-tiba, mereka menemukan sebuah kotak kayu kecil yang terkubur dalam tanah. Dengan hati-hati, Joko membuka kotak tersebut dan menemukan tiga gelang pertemanan yang telah usang.
“Ini milik Sri dan teman-temannya!” teriak Siti gembira.
Ketika mereka memegang gelang itu, tiba-tiba sekelebat angin menghempas tubuh mereka, seolah ada sosok yang hadir di sekeliling mereka. Suara tangisan semakin keras menggema, dan hantu Sri muncul kembali.
“Terima kasih,” hantu Sri mengucapkan rasa syukur, tetapi ada kesedihan dalam suaranya. “Tapi aku juga harus mencari mereka. Tolong, bantu aku menemukan mereka,” pintanya, matanya menatap penuh harap.
Bagian 7: Mencari Teman yang Hilang
Joko dan teman-temannya berjanji untuk membantu Sri mencarikan Rina dan Dita. Mereka mencari-cari informasi dari penduduk desa yang lebih tua. Berita baik datang dari seorang pak tua yang mengaku mengenal Rina dan Dita.
“Dita dan Rina hilang di dekat jurang, tempat yang sama di mana Sri jatuh. Mereka tidak pernah kembali,” ceritanya. “Mereka juga dicari orang tua mereka, tetapi tidak ada yang berhasil menemukannya.”
Mendengar itu, Joko dan teman-temannya segera menuju jurang tersebut. Dengan penuh perasaan, mereka merasakan misi mereka semakin mendesak. Mereka tidak hanya membantu menemukan hantu, tetapi juga membantu beberapa jiwa yang hilang. Dalam perjalanan mereka ke jurang, mereka menemukan banyak petunjuk, seperti jejak kaki dan barang-barang yang ditinggalkan.
Bagian 8: Terungkapnya Kebenaran
Setelah sampai di jurang, mereka mulai menyisir area tersebut. Dalam kegelapan, mereka mendengar sesuatu. Ketika tiba di tepi jurang, mereka melihat dua sosok samar, tampak seperti anak muda yang terjebak di balik semak-semak.
“Sri, kami di sini!” teriak Joko, dan sosok itu tersembunyi di balik semak-semak. Itu adalah Rina dan Dita! Mereka terlihat bingung, tetapi hidup!
“Sri? Kami mencarimu!” Dita berteriak.
Air mata haru mengalir di wajah Sri. “Aku sangat merindukan kalian!” sahutnya.
Dengan mengarahkan mereka ke jalur yang aman, Joko dan yang lainnya membantu Rina dan Dita keluar dari jurang. Mereka bermanifestasi secara bersamaan, memberi jalan bagi jiwa Sri. Semua berpelukan dan bersyukur.
Bagian 9: Penyelesaian dan Kedamaian
Ketika Sri bertemu kembali dengan Rina dan Dita, sebuah aura kedamaian menyelimuti tempat tersebut. Dengan lembut, Sri berkata, “Aku bisa pergi sekarang. Terima kasih telah membantu kami bersatu kembali.”
Hantu Sri menghilang ke udara malam, dan Joko, Siti, dan Budi merasakan sebuah kelegaan menenangkan mereka. Mereka membantu menyelamatkan jiwa yang hilang dan berada di bawah naungan jari-jari takdir yang saling menyentuh.
Era baru pun dimulai di Jeruk Purut. Hantu-hantu yang menggangu kini tidak lagi menciptakan ketakutan. Sebaliknya, tempat itu menjadi simbol persahabatan, kekuatan, dan keberanian. Joko dan temannya merasakan bahwa mereka telah menjadi bagian dari kisah Jeruk Purut yang lebih besar.
Bagian 10: Misi Baru
Setelah petualangan itu, Joko, Siti, dan Budi terus berkelana, tidak hanya di Jeruk Purut, tetapi di seluruh wilayah. Mereka membuat kelompok untuk menyelidiki cerita-cerita dari berbagai tempat yang memiliki kisah hantu, memastikan bahwa setiap jiwa yang hilang dapat beristirahat dengan tenang.
Kasus hantu Jeruk Purut menjadi awal dari petualangan mereka yang baru. Kisah mereka dan perjalanan mereka menyelamatkan jiwa yang hilang menjadi inspirasi bagi masyarakat desa dan juga masyarakat luas.
Akhirnya, Jeruk Purut bukan hanya sebuah tempat yang menyeramkan, tetapi simbol kekuatan persahabatan, harapan, dan kekuatan untuk membantu satu sama lain. Joko dan teman-temannya menjadi pahlawan cerita yang dicintai di desa mereka, membuktikan bahwa meskipun kegelapan bisa ada, cahaya akan selalu bersinar untuk mengatasi semua ketakutan.
BULETAN – Mbulet